Minggu, 31 Maret 2019

JIKUSTIK REUNIAN

- 0 komentar
Dari semua konser musik Indonesia yang pernah saya tonton, hanya Sheila On 7 yang saya tonton dengan niat dari diri sendiri. Konser-konser musik lain, biasanya saya nonton atas ajakan teman, ada beberapa yang itu adalah acara dari kampus (waktu kuliah). selebihnya tidak ada. Sampai kemarin 29 Maret 2019 saya nonton Jikustik. Sampai hari ini hanya ada 3 grup musik yang saya punya niatan untuk nonton kensernya. Sheila On 7, Jikustik, dan KLa Project. Bukan saya tidak suka dengan musisi lain, banyak juga musisi Indonesia yang saya ikuti dan saya suka karyanya. Akan tetapi memang saya mungkin tidak terlalu antusias dengan acara konser musik yang kita tahu pasti ramai.

Diluar antusias saya yang kurang dalam menonton konser musik, ketiga grup musik di atas dapat menarik minat saya untuk menonton konsernya. Sheila On7 jelas, orang-orang yang mengenal saya tahu kalau saya seorang Sheilagank. Kalau Kla Project, ketika mereka mulai untuk berkumpul lagi dan membuat konsep KLa Project Reunion saya mulai punya keinginan untuk menonton konsernya. Hanya saja belum pernah kesampaian sampai sekarang.




Sedangkan untuk Jikustik sedikit panjang ceritanya. Saya bukan Jikustikan, tapi saya suka dengan lagu-lagu mereka. Selain Sheila On 7, mungkin Jikustik adalah band yang paling banyak saya hafal lagunya. Termasuk semua lagu yang dibawakan dalam konser Jikustik Reunian kemarin. Dulu saya punya keinginan itu (untuk melihat konser Jikustik) tapi memang belum pernah kesampaian. Sampai akhirnya mas Pongki dan mas Icha keluar dari Jikustik. Lalu keinginan itu pudar dengan sendirinya, terutama ketika mas Icha keluar (Karena Mas Icha salah 1 bassist favorit saya).

Dengan keluarnya mas Pongki dan Mas Icha bukan berarti saya tak lagi mengikuti lagu-lagu Jikustik. Dalam album Kembali Indah “Menunggumu”, “Untuk Cinta” dan “Pujaan Hatiku” masih sering saya dengarkan. Sementara di album Tetap Berjalan ada “So Sweet” dan “Dulu Ku Pernah Mencintaimu”. Kalau lagu So Sweet saya punya cerita sendiri dengan lagu ini, tapi tak perlu saya ceritakan disini. Flashback ke belakang, saya baru ingat bahwa kalau gombalin cewek banyak pakai lagu Jikustik.hahaha. Oke gak perlu di bahas lebih lanjut.

Kembali lagi soal keinginan nonton konser Jikustik. Saya sudah tidak kepikiran akan bisa nonton konser Jikustik (Dengan formasi lama). Kenapa? Karena Jikustik tidak bubar dan sudah punya formasi baru. Kemungkinan untuk konser itu terjadi kecil. Sampai akhirnya saya dapat informasi tentang konser Jikustik Reunian ini dari instagram mas Icha. Tanpa pikir panjang langsung saya putuskan untuk menonton konsernya, sampai saya tungguin presale tiketnya. Konser akhir maret tapi pertengahan februari udah beli tiketnya.

Sampai hari H datang, saya ke Jogja sendirian. Sampai lokasi konser liat kanan kiri berharap ada yang saya kenal, tetapi tidak ada juga. Hahaha. Saya seperti orang asing berada di tengah orang-orang yang saling bercengkrama. Bener-bener kayak orang ilang.

Apa lagi ya yang bisa saya ceritakan? Overall saya yakin konser kemarin benar-benar menghapus kerinduan para Jikustikan akan penampilan Jikustik Formasi lama, setelah kurang lebih sepuluh tahun yang tak pernah mereka saksikan. Di atas panggung pun suasana terlihat sangat menyenangkan, dengan candaan-candaan para personil. Yang paling saya ingat waktu mas Pongki ngomongin Sheila On 7. “Jadi di album pertama Jikustik itu penjualannya 960.000 copy, tapi media-media tidak ada yang meliput. Kenapa? Karena Sheila On 7 satu juta lebih (penjualan album)”. “Nah pas album kedua kita bisa satu juta lebih dikit, ya lebih sepuluh ribu lah. Tapi si Eross tiga juta.” kurang lebih seperti itu kata mas Pongki. Atau candaan mas Icha waktu mas Brian secara spesial datang dan berduet dengan mas Pongki di lagu Tetap Percaya, yang berterimakasih kepada Sheila On 7 telah mengijinkan “Brian” untuk hadir di konser itu.




Sebenarnya ada beberapa lagu yang saya harapkan tidak di bawakan di konser kemarin. Seperti Adinda, Tlah kudapatkan kekasihku, Lanjutkan Hidupmu, Ini lagu Kita, Hai Anggi. Tapi sepertinya terlalu naif kalau saya berharap mereka membawakan lagu-lagu tersebut. Karena bukan hanya saya yang menantikan Jikustik Reunian ini, dan yang lain pun pasti ada lagu yang mereka harap di bawakan tapi tidak dibawakan. Dan para personil harus bijak dalam memilih lagu, yang pastinya kebanyakan adalah lagu-lagu hits. Ya setidaknya SKTD, Pandangi Langit Malam Ini, Tetap percaya, Dia Harus Tau, Bahagia Melihatmu Dengannya, Puisi, Tak Pantas Untukmu tetap dinyanyikan.

Mungkin hanya segitu yang bisa saya ceritakan terkait “Jikustik Reunian”. Sekali lagi, mungkin saya bukan Jikustikan, tapi Jikustik adalah band spesial buat saya. Seperti yang sempat saya katakan sebelumnya, di luar Sheila On 7 grup musik atau musisi yang paling banyak saya hafal lagunya adalah Jikustik. Siang, Malam dan Kembali Indah adalah tiga album yang hampir semua lagu saya hafal (saya bilang hampir karena takut ada satu atau dua yang lupa. Hehe). Masih saya tunggu untuk album selanjutnya. Untuk mas Icha dan mas Pongki juga di tunggu karya-karyanya. 






[Baca Selengkapnya...]

Selasa, 05 Februari 2019

Bapak, Sate, dan Mantan Muridnya

- 0 komentar
Sebenarnya ini terjadi bebrapa waktu yang lalu. Tepatnya sabtu, 2 pebruari kemarin. Seperti biasa setiap kali akhir pekan aku pulang, bapak hampir selalu minta di antar ke apotek buat beli obat. Apotek Murni di Delanggu selalu jadi langganan. Tidak pernah lama, paling tidak sampai lima menit di apotek lali pulang. Dan setiap kali pulang, selalu saja mampir di warung sate kambing di pojok pertigaan timur pasar Cokro. Pertanyaan “Koe nganngo es ra” (Kamu pakai es nggak?) selalu terlontar. Hal ini merujuk tentang minum apa, es teh atau teh hangat. Ya, seolah bapak meragukan anaknya ini kalau sama seperti beliau yang suka minum es.

Sembari menunggu pesanan, tiba-tiba ada seseorang menghampiri bapak. Menjabat tangan sambil berkata “pangling mboten?” (pangling tidak) kata kakek itu - saya lupa namanya, tapi dari perkiraanku mungkin usianya hampir 70 tahun -. Bapak pun menjawab bahwa beliau pangling. Akhirnya obrolan berlanjut, dan diketahui bahwa kakek ini adalah murid bapak dulu. Dan bapak ingat ternyata setelah kakek itu memperkenalkan diri. Dan obrolan pun berkembang.

Foto kakek yang menjadi murid bapak


Beliau ini murid bapak sekitar tahun 1963-1964. Itu yang saya dengar dari penuturan bapak, dan sejalan kemudian langsung di timpali dengan perkataan tentang meletusnya pemberontakan pki pada tahun 1965. Dimana pada akhirnya sekolahan dimana bapak mengajar harus dipindahkan. Saya tidak tahu apa hubungannya, atau mungkin malah tidak berhubungan. Karena saya belum sempat menanyakan lebih jauh soal ini sama bapak. Lalu kakek itu berkata “Nek kula riyen neruske sekolah nggih paligan dados guru, sami kalih rencang-rencang. Lha amargi PKI nika, kula mboten sios neruske sekolah.” (Kalau saya dulu melanjutkan sekolah ya paling jadi guru, sama dengan teman-teman. Lha karena PKI -kerusuhan PKI- itu, saya tidak jadi melanjutkan sekolah.)

Saya jadi teringat bagaimana dulu bapak pernah bercerita tentang bagaimana kisruhnya keadaan karena pemberontakan PKI ini. Saya tidak tahu, dan mungkin tidak pernah tahu bagaimana keadaan waktu itu karena tidak mengalaminya. Tetapi bapak, beliau tahu dan mengalami bagaimana kondisi di waktu itu.

Oke, lanjut. Obrolan mereka terus berjalan dan mulai menyebut nama-nama teman dari kakek ini. Dan yang membuat saya sedikit terdiam dan berpikir adalah ketika menyebut beberapa nama yang sudah meninggal. Bukan satu atau dua nama, tetapi setidaknya ada empat. Walau aku tidak ingat siapa saja namanya. Terakhir beliau menyebut nama yang belum lama ini menginggal, katanya beliau datang ke pemakamannya.

Yang membuat saya sedikit terdiam bukan karena ngomongin orang yang sudah meninggal, tetapi lebih ke.... apa ya menyebutnya. Jadi semacam ada sesuatu di dalam diri saya yang berbicara “Ini murid bapak lho, sudah banyak yang meninggal. Yang noatbenya umurnya cukup jauh di bawah bapak”. satu sisi saya senang karena bapak di beri umur panjang sampai saat ini. Sementara di sisi lain saya harus menerima kenyataan bahwa bapak memang sudah sepuh, di usia yang sudah 80 tahun lebih.

Bapak


Saya jadi ingat sebuah omongan bapak. Tepatnya kapan saya kurang ingat, tapi kalimatnya saya masih ingat persis. Waktu itu bapak sakit, ya meskipun sebenarnya dalam hal medis bukan sakit parah. Sekedar kurang enak badan. Bapak bilang “jane ki aku gur mikir wae. Kanca-kancaku wes do mati, saiki kari aku dewe. Njuk aku ki kapan?” (Sebenarnya aku terus-terusan berpikir. Teman-temanku sudah pada meninggal, tinggal aku sendiri. Terus giliranku kapan?)

Sebuah kalimat sederhana, akan tetapi bagiku sangat dalam. Sepat aku becerita hal ini sama beberapa teman, tetapi mereka malah tertawa. Saya maklum, mereka tidak merasakan langusng bagaimana bapak bicara. Kesedihannya, bagaimana beliau merasa kesepian dengan tidak ada lagi teman sebaya. Bapak bicara dengan nada pelan dan parau, dengan sorot mata yang sayu. Entahlah, apa jika orang lain ada di posisi saya akan merasa hal sama atau tidak. Atau memang saya yang terlalu sensitif.

Pada akhir obrolan, lebih tentang keluarga. Tentang anak-anaknya, tentang cucu kakek itu yang sudah 13 orang. Dan seperti biasa saya selalu di ragukan sebagai anak bapak. Ya meskipun kemarin di tanya “lha niki putrane nopo putune?” (Lha ini putranya atau cucunya?) masih sedikit lebih baik ketimbang “Niki putune njenengan?” (ini cucu anda) yang sepertinya langsung di cap sebagai cucu. Hmm, disitu kadang saya merasa sedih.


Masih aja suka minum es teh & makan sate kambing


Finally, itu tadi sedikit cerita tentang bapak saya yang bertemu dengan muridnya dulu di sebuah warung sate. Terimakasih sudah menyempatkan waktu membaca. Salam literasi.
[Baca Selengkapnya...]

Minggu, 29 Mei 2016

Have Fun In Vastenburg With Sheila On 7

- 0 komentar


Sheila On 7 On Stage


Hampir setengah tahun sejak terakhir kali gue nonton konser Sheila On 7. Tepatya bulan desember tahun lalu di Stadion UNDIP Semarang. Waktu itu acara Dies natalis kalo gak salah. Akhirnya beberapa waktu lalu ada kabar kalo Sheila On 7 mau manggung di benteng Vastenburg Solo.

Jujur, meskipun gue tinggal di sekitar Solo dan sempet gabung sama SGPL (Sheila Gank Pandawa Lima) –Sheila Ganknya Solo- meski lama gak kumpul karena faktor kuliah di Semarang, tapi gue belum pernah sekalipun nonton konser mereka di Solo. Gue lebih sering nonton di Semarang atau Jogja. Mungkin faktor jarang juga kali ya Sheila manggung di Solo.

Awalnya gue ragu bisa nonton gak konser kali ini. Sempet tarik ulur perasaan –halah malah baper-, maksudnya sempet ragu, soalnya sore gerimis dan mendung gak ilang-ilang. Ditambah lagi sabtu paginya –pagi banget- gue rencana mau jalan sama temen-temen. Baru sekitar setengah tujuh malem  gue dapet kabar kalau Solo gak ujan. Dan jadilah gue berangkat.

Sampai di sana gue langsung masuk ke dalam. Antian di depan jalan masuk cukup ramai, tapi di dalam masih terlihat sepi. Mungkin karena puncak acaranya malam kali ya.

Mampir sebentar ke booth merchandise Sheila On 7. Ketemu sama mbak tari, ngobrol bentar. Gak lama setelahnya acara dimulai.

Perform pertama malam itu band Meltic. Gue emang asing sam band indie, soalnya gak jarang ngikutin band indie. Cuman pas mereka mulai nyanyi keasinganku agak luntur karena musik akustik yang mereka bawakan.

Kedua ada Soloensis, dengan musik keras mereka. Emmm,, gak banyak komen lah sama band ini. Tapi cukuplah buat jadi referensi musik gue.

Terakhir sebelum Sheila On 7 muncul ada Rintik Hujan yang beraliran mellow. Yang nyusun acara pinter emang milih komposisi. Dibuka dengan kalem, terus dipacu dengan musik keras dan kembali di tenangkan dengan musik mellow. Yang gue inget lagu yang mereka bawakan pertama judulnya Lokananta. Tahu Lokananta? Itu lho perusahaan rekaman musik pertama di Indonesia yg ada di kota Solo. Kalo pengen tau lebih banyak tanya gugel. Okkee?

Akhirnya.. setelah beberapa jam nunggu Sheila on stage.

Diawali dengan pemutaran lagu Here I Am. Mulai lah satu persatu personil naik ke atas panggung. Bagi kalian yang gak tau sama lagu Here I Am, itu adalah lagu yang sering disebut mars Sheilagank. Kalian gak akan nemu lagu itu di album manapun karena emang gak dimasukin album yang beredar dipasaran.

Begitu siap Sheila On 7 menggebrak dengan lagu Hari Bersamanya. Penonton langsung jingkrak-jingkrak dan suasana mulai pecah.

Begitu selesai lagu pertama langsung dilanjutkan dengan lagu Betapa yang tak kalah serunya dilihat dari reaksi penonton.

Break sebentar, mas Duta dan yang lain seperti biasa di konser-konser sebelumnya memberikan sapaan kepada semua penonton.

Seberapa Pantas jadi lagu ketiga malam itu. Lagu ini salah satu hits di album 07 Des yg jadi album favorit kebanyakan Sheilagank, berdasarkan polling di FB.

Lagu keempat diambil dari album terbaru, Belum. Baru pertama kali gue denger lagu ini dinyanyikan live. Dan baru dua kali dibawain, pertama waktu konser di Semarang 21 mei kemarin. Dan yang kedua waktu di Solo ini. kata mas Duta lagu ini ceritanya galau, patah hati. Cewek yang disuka belum mau jadi kekasihnya.

Lagu berikutnya juga gak kalah galau katanya. Yepss,, Mudah Saja jadi penampilan berikutnya. Dan beberapa penonton langsung baper seketika. Haha

Radio jadi soundtrack penonton yang lagi LDR malam itu, begitu selesai langsung disambung dengan “Kita”. Semua masih asik jingkrak-jingjrak sambil ikutan nyayi lagu Sheila On 7. Tak terkecuali aku.

Berikutnya ada lagu baru ciptaan mas Adam, My Lovely. Salah satu hal yang bisa dibilang kalau Sheila On 7 sudah sangat matang dalam bermusik adalah tema lagunya yang gak melulu soal cinta-cintaan. Seperti lagu ini yang bertema keluarga.

Sheila On Action


Kembali break dengan mas Duta kasih intermezo. “Barusan saya baca meme. Katanya orang single itu superhero, lha batman ra duwe bojo, superman ra duwe bojo, spiderman ra duwe bojo.” Kata mas Duta. “Ya kita doakan saja pulang dari konser ini yang dateng sendiri pulangnya bawa pasangan.” Lanjutnya.

Ketika selesai bicara lagu Pria Kesepian mulai menggema di setiap sudut benteng Vastenburg. Dan jomblo kayak gue –dan yang lainnya- langsung ikutan nyanyi paling keras. Haha

Melompat lebih tinggi langsung jadi suntikan semangat yang luar biasa meski semua penonton tak terlihat capek sekalipun. Meski ini sudah lagu kesepuluh yang dibawakan Sheila On 7.

Kembali di album baru, Selamat Datang menjadi list selanjutnya dalam konser. Lagu yang diciptakan untuk para perantauan. “ooooo.... dimanapun kau berada. Ooooo.... bahagialah.” Begitu sepenggal lirik lagu ini.

Lapang Dada, lagu andalan di album Musim yang Baik akhirnya keluar juga. Setelah gue tunggu-tunggu.

Dilanjutkan dengan Pemuja Rahasia, bagi para Secret Admirer. Orang-orang yang Cuma bisa mengagumi secara diam-diam tanpa bisa mengungkapkan.

Mas Duta bilang bahwa waktunya udah hampir habis, mereka juga harus pulang. Dan lagu terakhir malam ini –gue kira- Ingin Pulang didendangkan.

Penonton udah pada mulai menepi satu persatu, karena mungkin mengira sudah mau bubar. Tapi semua lagu Dan langsung dimainkan sesaat setelah lagu sebelumnya selesai.

Lagu midley Kau Kini Ada-Temani Aku-Generasi Patah Hati-Perhatikan Rani, tak lupa mengkiasi sesi akhir konser yang seru malam ini. Lagu midley memang sering mereka bawakan ketika konser, yang membuat konser mereka gak terasa monoton dan pantas untuk ditunggu.

Sahabat Sejati menjadi penutup malam ini. Salah satu lagu persahabatan terbaik yang pernah gue dengerin.

Malam semakin larut dan semuanya harus berakhir. Tapi kepuasan gak lepas dari wajah-wajah penonton semuanya.

Gue sempet ketemu dulu sama mas Prima dan temen-temen SG lain. Foto bareng dulu dan akhirnya gue pemit pulang. Karena paginya masih ada agenda. Sebenernya pengen lama-lama sama temen-temen SG semua. Tapi gue butuh istirahat.


Terimakasih untuk “Have Fun” malam itu.
[Baca Selengkapnya...]

Rabu, 11 Mei 2016

Camping Lagi, Alam Lagi.

- 0 komentar
Rabu, 4 mei 2016. Hari ini hari terakhir masuk kantor sebelum long weekend, karena hari kamis sama jumat tanggal merah. Ada yang spesial? Emmm,,gak juga sih Cuma lagi pengen nulis aja. Hehehe

Hari ini gue rencana mau camping sama beberapa temen kantor.  Finally, oh God. Thanks for the long weekend. Gue bersyukur banget bisa kemah lagi.

Oke, maaf gue terlalu excited soalnya gue udah lama banget gak nge-camp sejak terakhir kali naik gunung ungaran bulan maret 2015 yang lalu. (baca: Pelajaran Dari Pendakian Gunung Ungaran). Yaaa you know lah, gue kan emang hobi kalo udah urusan kemah, naik gunung dan sebangsanya. Makanya ketika sekitar satu setengah bulan sebelumnya gue di ajak kemah langsung gue iyain aja. Meskipun sebelumnya gue udah punya planning buat ke Jakarta libur panjang mei ini.

Rencananya gue, Joan, Dewi, Wika, Rina, Emmy, sama Nisya –Temen-temen kantor- mau kemah di pantai Jungwok Gunungkidul. Kalo gak tau mana itu pantai jungwok silahkan tanya sama pakdhe gugel ya, gue lagi males jelasin. Hehehe. Pada detik-detik terakhir, kita dapat tambahan satu personil. Mas Dwi.

Okke lanjutt... awal mula pemilihan pantai ini karena saran dari Rina. Dia ini orang gunungkidul dan dia rekomendasiiin pantai ini, yang juga gak jauh dari rumahnya. Katanya sih lumayan bagus –dan itu bener- dan juga sering buat kemah.

Sepulang kerja sekitar setengah lima kita berangkat dari Karanganyar. Ternyata jalan menuju kesana keren sumpah. Sayangnya kita gak bawa mobil, kalo bawa mobil pasti udah ngerasa kayak di gunung Akina yang jadi latar film Initial D. atau setidaknya bukit –yang aku lupa namanya- di film Fast Furious 3 : Tokyo Drift.

Sampai di rumah Rina sekitar jam setengah delapan, sempet mampir sebentar di pom bensin buat isi bbm sama sholat. Di rumah Rina kita juga istirahat bentar, habis itu langsung menuju pantai.

Di jalan menuju pantai selepas jalan aspal ada yang motornya mogok. Wkwkwk. Tapi masih lumayan lah masih bisa dilewati motor. Dan yang bikin gue kaget ternyata disana di deket –mepet lebih tepatnya- ada warung dan tempat penitipan motor. Dan lebih herannya itu yang jaga adalah temen SMP Rina.

Jadi yaaa,,bayangin sendiri lah kayak semacam reunian kecil-kecilan gitu. Dan pertanyaan dasar basa-basi kayak kerja dimana, udah nikah belom jadi semacam percakapan yang udah gue prediksi. Setelah panjang lebar keliatan akrab banget ternyata Rina lupa nama temenya. Gubrraakkk.

Okke,,lupakan reuni singkat yang menguras tawa itu. Masuk pantai kita langsung cari tempat buat mendirikan tenda. Setelah dapat tempat, kita langsung bagi tugas. Sebagian mendirikan tenda, menata barang bawaan, dan ada yang menyiapkan api unggun.


Mendirikan tenda

Bikin Api Unggun


Tenda udah berdiri –meski cover tendanya gak ada dan harus protes sama tempat penyewaannya sepulang nanti-, barang bawaan udah ditata dan api sudah menyala. Yeeeyyy...

              Api kita sudah menyala...
              Api kita sudah menyala....
              Api, api, api api api....
              Api kita sudah menyala... #Nyanyi #AnakPramuka

Mulai lah kita pada sibuk sendiri-sendiri. Ada yang bakar ketela, ada yang bikin sosis bakar, roti bakar, masak air. Ada pula yang entah ngapain menyendiri. Trus mas Dwi yang kehilangan sinyal dan mencoba mencari sinyal buat telefon orang rumah. Katanya sih dia lupa ngasih makan burungnuya. Yahh semoga aja burungnya gak mati kedinginan (apa hubunganya coba -_-“).

Gue sendiri seperti biasanya melakukan ritual rutin gue. Hahaha ritual. Seperti yang udah pernah gue ceritain di beberapa tulisan gue sebelumnya, gue emang suka menyendiri ketika lagi berada di alam. Yang gak perlu diceritain disini. Tapi entah kenapa gue gak bisa konsentrasi sama “renungan” yang gue lakuin. Entah karena deburan ombak yang ramai, atau suasana angin yang gak mendukung, atau juga karena ini pengalaman pertama gue camping di pantai kali ya? Jadinya gak bisa konsentrasi..hehehe

Malam semakin larut dan satu persatu dari kami mulai tidur berselimut tetangga, eh sory berselimut mimpi maksudnya. Kalo selimut tetangga kan judul lagu.

Dan Gue? Yah namanya juga Gunawan. Kalo udah liat langit malam yang cerah bertaburan bintang yang bersinar pula, maka pikiranya udah dijamin bakal sampai kemana-mana.

Untungya nih ya, untungnya ada dua temen gue –Dewi & Wika- yang lagi bahas bintang-bintang yang ada di langit. Jadinya gue bisa ikutan nimbrung ngobrol..haha. dan entah berasal darimana, obrolan kami sampai ke anak pula. Ngomongin nama-nama bintang yang mungkin bisa dijadiiin nama anak. Dan anehnya gue juga nyeletuk soal rencana nama buat anak gue. Antares –untuk cowok- & Altaira –untuk cewek-, dua nama yang udah gue siapin buat gue sisipin ke nama anak gue kelak.

Antares merupakan salah satu bintang merah raksasa yang ada di alam semesta. Sementara Altaira berasal dari nama Altair yang merupakan bintang yang memiliki sinar paling terang pada rasi bintang Aquila. Ada satu nama alternatif lain yang udah gue siapin, Aldebaran. Duhh, ini kenapa jadi ngomongin bintang sih? #garuk2kepala

Tapi situasi kayak gini bikin gue ingat sama salah satu part di dalam novel Ilusi Imperia karya Akmal Nasery Basral. Dimana tokoh MC sama Rendra sedang berduaan di pantai sambil melukis langit. Jadi tuh mencoba menghubungkan rasi bintang sehingga kita bisa berimajinasi tentang objek yang tersusun dari bintang-bintang tersebut. Meskipun endingnya beda. Hmmm,,oke abaikan kenapa ganti jadi bahas novel #TepokJidat


Sekitar pukul tiga pagi semua udah pada mulai tidur, dan sepertinya gue yang paling terakhir tidur. Dan jam setengan lima pagi gue terbangun, karena ada kewajiban yang kadang gue lalai. Hehehe

Sunrise-pun muncul meski terselimut awan. Dan waktu inilah Emmy mulai beraksi dengan kameranya. Bareng-bareng yang lain pada sibuk ambil foto, sementara gue duduk manis di depan kompor dan mulai masak air, dan bikin omelet. Berhubung gak bawa bahan omelet akhirnya Cuma telor dadar pakai irisan sosis.

Narsis Pagi Hari

Masak 
Masak Lagi
Masak Terus


Setelah gue gagal jadi chief, gue putusin buat gabung sama yang lagi pada hunting foto. Dan jadilah foto sana foto sini gak jelas..hahaha

Salah satu yang bikin gue lega adalah mas Dwi. Akhirnya dia bisa nelepon rumah buat ngursin burungnya. Bentar,,,,, emang burungnya gemuk ya? Kok minta di kurusin? Haahhh lupakan.



Ledies Squad

Emm, sok cool amat sih mas


Hari mulai beranjak siang dan kami berencana pindah haluan ke pantai Nglambor. Dan asal kalian tau nih ya, ternyata cover tendanya ada di bawah. Keslip coba. Bayangin! Gak bisa ya? Hehe.

Nglamboorr.. nah ketika disini kita pada mulai maen air. Ya macam anak kecil gitu, terlepas dari fakta emang gue masih muda (jangan muntah pliss)..

Gak banyak yang bisa gue ceritain disini, soalnya di pantai jujur susah buat nikmatin. Rameee banget kayak pasar..hahaha

Ada beberapa yang mau ikut snorkling sebenarnya, Cuma setelah di cek harus antre sekitar tiga jam. Trus kapan pulang kalo harus nunggu selama itu? Ini gak lepas dari kondisi ombak yang lagi gede.

Selesai dari pantai ini kita langsung balik ke rumah Rina lagi buat prepare pulang. Yang gue heran mas Dwi dateng-dateng langsung cari klamud. Ini orang sudah ngidam dari kemaren kali ya? Tapi bai de wai eniwe baswe ada gunanya juga sih, jadi gue juga bisa ngerasain nikmatnya klamud. Ingett,,klamud lho ya. Bukan semut apalagi MahMud #ehh.

Pesta Klamud


Masih ada satu temen kita yang belum puas. Dan yahh bisa di tebak lah, siapa yang suka fotografi. Kalo kalian nebak Emmy maka kalian kemungkinan besar manusia. Hehe

Pulang, akhirnya kami mampir dulu di Goa Tembus –kalo gak salah-, disini gue minta maaf sama temen-temen semua kalo gue tiba-tiba jadi orang yang aneh dengan menjauh dari rombongan dan menyendiri. kalau kata Aish -Temen Kantor- gue orangnya labil, yaa okke yang penting gak labil ekonominya Vicky aja. hehe

Dan ini beberapa foto hasil hunting spot di lokasi itu.

Ini namanya kmren apa ya?







And the finally, kita Pulang.. Thanks for the holiday



Gue

[Baca Selengkapnya...]

Rabu, 27 April 2016

One Hour Photo

- 0 komentar
Family photos depict smiling faces... births, weddings, holidays, children's birthday parties. People take pictures of the happy moments in their lives. Someone looking through our photo album would conclude that we had led a joyous, leisurely existence free of tragedy. No one ever takes a photograph of something they want to forget.


-Seymour "Sy" Parrish-

One Hour Photo

[Baca Selengkapnya...]

Rabu, 23 Maret 2016

Being A Good Person

- 0 komentar

"Being A Good Person Is Like Being A Goalkeeper. No Matter How Many Goals You Save, Some People Will Remember Only The One That You Missed." -Thibaut Curtois (Football Player)





Sumber: Twitter @FootyJokes
[Baca Selengkapnya...]

Senin, 14 Maret 2016

Pelajaran Dari Pendakian Gunung Ungaran

- 0 komentar
Gak kerasa udah setahun sejak aku terakhir kali naik gunung. Yeps, terakhir naik gunung –sampai tulisan ini aku publikasikan- waktu naik gunung ungaran maret 2015 kemarin, tepatnya tanggal 14-15. Pendakian terakhirku emang sedikit berbeda dari biasanya. Oh bukan-bukan, kalau kalian mikir pendakianku berbeda karena waktu itu bareng mendaki bersama siapa saja kalian salah. Tetapi dari pendakian ini aku mengerti sebuah hal yang penting.

Cukup nekat memang karena memutuskan melakukan pendakian pada pertengahan maret, dimana tiga bulan sebelumnya -15 desember- aku mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan beberapa tulang jari kakiku patah dan bahu kiriku terasa-aku tidak tahu namanya- sakit. Sampai hari ini pun kadang masih terasa kebas saat digerakkan atau disentuh.

Mungkin saat itu gelora mendaki ku masih sangat kuat dan jujur waktu itu aku sangat rindu udara segar pagi hari di atas gunung. Sehingga aku nekat memutuskan melakukan pendakian bersama beberapa temanku. Dicky, Gemil, Ajeng, Chesa, dan Adnan. Meskipun aku sendiri yakin mereka juga ragu dengan kondisi kakiku. Haha

Dan semua dimulai. Sabtu pagi aku berangkat dari karanganyar, jemput Gemil dulu di boyolali terus langsung menuju Semarang. Sampai di semarang sekitar pukul sepuluh, setelah sarapan lalu siap-siap cari perlenngkapan mendaki (logistic). Sempat ada masalah soal personil yang mau berangkat, karena ada yang tadinya mau ikut ternyata gak jadi.

Prepare clear tinggal berangkat. Sekitar setengah jam perjalanan dari Tembalang ke base camp mawar pendakian gunung ungaran. Kita sampai di base camp pendakian selepas maghrib. Registrasi sebentar kemudian Sholat magrib sembari bersiap-siap. Kita sempet bertemu dengan dua orang yang aku lupa namanya, cewek dan cowok yang rencananya naik berdua dan akhirnya gabung dengan rombongan kami.

Secara pribadi aku memang lebih suka pendakian malam hari, karena beberapa faktor pertimbangan. Sebelum isya kita sudah mulai pedakian. Kawasan hutan langsung menyapa kami. Sepanjang perjalanan kita sering ngobrol dan bercanda untuk sekedar menghilangkan kesunyian dan sedikit melupakan lelah.

Selepas dari hutan kita akan menemui kebun kopi di samping kanan kiri jalan setapak yang kami lewati. Sampai akhirnya ketemu sebuah persimpangan antara ke puncak dan babadan. Perbatasan antara kebun Kopi dan kebun Teh. Disana ada sebuah goa peninggalan jaman Jepang (katanya). Sempat istirahat cukup lama disana.

Jalan mulai berubah saat kita melanjutkan perjalanan. Jalur pendakian mulai lebih miring dari sebelumnya. Sampai masuk ke dalam hutan kembali, meski tak selebat yang di bawah. Disini aku mulai merasakan sesuatu yang tidak beres. Kaki yang sebelumnya mengalami masalah ketika aku kecelakaan akhirnya terasa mulai berdenyut-denyut. Beberapa kali aku meminta untuk break. Detik itu juga aku menyadari bahwa sebelum berangkat tadi ada sedikit kesombongan dalam diriku. Sebelum berangkat tadi aku sempat menyatakan dalam diriku bahwa puncak itu (gn. Ungaran) akan berada di bawah kakiku.

Akhirnya aku sampai pada titik dimana aku tidak lagi bisa memaksakan diri. Sebagai team leader sebenarnya aku merasa gagal kali ini. Adnan, Ajeng, Gemil, Chesa, dan dua orang (mbaknya & masnya) yang tadi bersama kami aku minta utuk melanjutkan perjalanan terlebih dahulu sembari nanti mencari tempat untuk mendirikan tenda. Karena pada saat itu banyak orang yang mendaki gunung ungaran. Sementara aku dan Dicky melanjutkan pendakian secara perlahan.

Hingga akhirnya aku sampai juga di tempat mendirikan tenda. Berhubung tendanya yang bawa Dicky jadi kita baru bisa mendirikan tenda setelah aku dan Dicky sampai. I feel useless in this moment.

Setelah mendirikan tenda, masak terus makan malam dan kami pun istirahat. Tapi aku masih duduk di depan tenda sambil ngobrol gak penting sama Gemil. Sebenernya sih yang di obrolin muter terus tapi kami ngobrolnya sampai hampir pagi.

Pagi itu ketika cahaya matahari mulai mendominasi langit sebenarnya kakiku sudah sehat kembali. Adnan, chesa, dan mas nya melanjutkan pendakian ke puncak. Tapi aku, saat itu aku seperti kehilangan hasrat untuk berdiri di puncak. Di sisi lain aku ingin memberi pelajaran untuk pikiran dan hatiku untuk tetap merendah. Dan dalam hati aku bicara kepada diriku sendiri.

“Setinggi apapun gunung yang kamu daki jangan pernah membuat merasa hebat, ingat kembali untuk apa kamu mendaki. Jangan berbangga hati ketika kamu sudah menaklukkan gunung yang lebih tinggi dan lebih sulit. Dan membuatmu yakin akan menjadi jaminan kau akan menaklukan yang lebih rendah. Kalahkan egomu dan jadikan ini pelajaran, kenanglah pendakianmu ini. bahwa ketika kau merasa hebat dan mengarah kepada kesombongan maka ada yang lebih bisa mengalahkan dirimu dengan mudah. Bahkan lebih mudah dari membalikkan telapak tangan untuk menghalangi pendakianmu. Sekali lagi, tujuanmu mendaki adalah untuk medekat kepada alam, untuk menikmati ciptaan Tuhanmu, bukan untuk kebanggaanmu”

Ini adalah kali pertama dalam pendakian aku tidak sampai puncak. Sebelum-sebelumnya aku selalu sampai di puncak dalam pendakian. Meskipun terkadang juga harus dengan susah payah. Aku menyerah terhadap gunung yang dalam ketinggian adalah yang paling rendah yang pernah ku daki (Sampai saat itu).



Pagi itu aku menyempatkan untuk menyendiri guna merenung –meskipun keadaan disana sangat ramai- sambil memejamkan mataku, sesekali aku membuka mata dan mengarahkan mata ke pandangan terjauh. Hal seperti ini kadang memang aku lakukan ketika mendaki gunung. Hanya ingin mengistirahatkan pandangan, membiarkan pendengaran menerima apapun yang ada, mencoba menjernihkan pikiran dari hal-hal keseharian yang kadang bikin pusing. And I loves that moment.

Meskipun kadang beberapa orang malah menggapnya aneh, dan mengira aku galau atau sedang cari wangsit. Hahaha. But trully I feel nothing for a few seconds. Aku ngerasa semua beban pikiran hilang sejenak kalau aku melakukan itu.



Persiapan turun

Setelah semua momen aku nikmati pagi itu, kita melakukan persiapan untuk kembali ke bawah. Dalam perjalanan ke bawah sempat turun hujan. Dan aku bersyukur punya jaket angkatan (planologi undip 2010) yang bias menahan air hujan.




sedang istirahat setelah kehujanan


Kiri-kanan. Cewek: Chesa-Gemil-Ajeng-Mbaknya
Cowok: Dicky-Adnan-Aku-Masnya





Harusnya ada banyak detail pendakian yang bisa aku ceritakan. Mulai berbagi coklat pasta saat istirahat, gimana salah satu dari kita tiba-tiba bad mood. Bahkan saat makan siang di warteg sebelum berangkat masih tersimpan di memori otakku. Tapi aku tulis cerita ini untuk mengingat bahwa kesombongan dapat menjegalmu untuk mencapai tujuan. Just, tolong renungkan hal itu. Terimakasih sudah membaca.
[Baca Selengkapnya...]
 
Copyright © . Gunawan Setyo Nugroho - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger